Minggu, 06 April 2014

 Makalah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan



APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENENTUAN
DAERAH PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP GOMBANG DI
PERAIRAN SELAT BENGKALIS KECAMATAN BENGKALIS
KABUPATEN BENGKALIS PROPINSI RIAU



OLEH :
Gilang Pradifta S
120302039







 




  



  
SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkatNya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Sistem Informasi Geografis. Makalah ini berjudul Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Daerah Pengoperasian Alat Tangkap Gombang Di Perairan Selat Bengkalis Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau”. Makalah ini dibuat dalam rangka untuk mengetahui implementasi pemanfaatan Sistem Informasi Geografis dalam bidan Kelautan dan Ilmu Kelautan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulham A. Harahap, S. Kel, M. Si dan Bapak Rusdi Leidonald, S.Pi, M,Si selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi Geografis dan telah membimbing dalan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam mengerjakan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan ke depan. Semoga laporan praktikum ini bisa bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.



             Medan,   April 2014



             Penulis
 



Pendahuluan

Dalam upaya mengeksploitasi sumberdaya perairan telah dilakukan berbagai cara dan metode. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan penerapan metode penangkapan dan penggunaan bermacam jenis alat penangkapan. Selain itu, modifikasi pada alat tangkap juga telah dilakukan. Namun usaha yang dilakukan akan kurang optimal jika tidak didukung oleh ketersediaan informasi tentang daerah penangkapan. Seperti pendapat Gunarso (1985), bahwa untuk memperoleh hasil tangkapan yang baik dipengaruhi oleh alat penangkapan yang digunakan seperti konstruksi, bahan, teknik dan keadaan lingkungan (cahaya, arus, tingkah laku ikan) serta keterampilan nelayan dalam mengoperasikan alat penangkapan tersebut.
Informasi kesesuaian daerah pengoperasian alat tangkap akan mempengaruhi operasional, efektifitas dan efisiensi kerja. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek yang dijadikan dasar pertimbangan untuk penentuan kesesuai daerah perairan, yaitu aspek teknis dan aspek oseanografi. Selain itu pemilihan lokasi yang ideal untuk tempat operasi alat tangkap dapat mengurangi biaya operasional penangkapan yang akan dikeluarkan, dan pada akhirnya akan mampu
meningkatkan pendapatan nelayan.
            Salah satu alat penangkapan yang digunakan oleh nelayan di perairan Selat Bengkalis adalah gombang. Gombang merupakan alat penangkapan yang menetap (diam) disuatu perairan. Brant (1984) mengklasifikasikan gombang ke dalam kelompok fishing with net bag fixed mouth. Sedangkan Subani dan Barus (1988) menggolongkan alat penangkapan gombang ke dalam fish with filter nets karena prinsipnya adalah menjaring volume air yang masuk kedalam alat tangkap gombang.
            Dalam pemasangan alat tangkap gombang di perairan sangat dipertimbangkan kecepatan arus, kecerahan dan kedalaman perairan (faktor penentu). Untuk mencari daerah penangkapan yang ideal bagi pengoperasian alat tangkap gombang dibutuhkan suatu pengetahuan dan informasi mengenai faktor penentu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kesesuaian daerah perairan tersebut dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis.
            Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah system yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan dilokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data sapsial, perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi.
            Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kawasan perairan yang potensial untuk daerah pengoperasian alat tangkap gombang berdasarkan faktor-faktor lingkungan perairan (oseanografi) berupa parameter kecepatan arus, kedalaman dan kecerahan perairan dengan menggunakan aplikasi SIG.


Isi

            kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan alat current meter. Untuk kedalaman perairan diukur dengan menggunakan Echosounder Merk Garmin Type 168. Sedangkan kecerahan perairan diukur dengan menggunakan pinggan secchi. Posisi didapatkan dari GPS Garmin 76 CSx. Pelaksanaan pengukuran berpedoman pada peta rencana yang telah dibuat terlebih dahulu berpedoman kepada sebaran alat tangkap gombang diperairan Selat Bengkalis.
            Data yang didapatkan diolah dengan memanfaatkan program Excel dari Microsoft Office Profesional 2007 dan ArcView GIS 3.3. dari ESRI dengan Ektensi; Spasial analisis, Kriging, Interpolasi, Santitool dan geoprocessing. Diagram alir pengolahan data disajikan pada Gambar 1. Penentuan kawasan potensial untuk daerah pengoperasian alat tangkap gombang dengan memanfaatkan aplikasi SIG berupa penggunaan teknik tumpang tindih (overlay) dengan metode “indeks overlay model”.
   
Jenis arus yang terdapat di Selat Bengkalis adalah jenis arus pasang surut karena dipengaruhi oleh perubahan permukaan air laut akibat pasang surut. Kisaran kecepatan arus perairan Selat Bengkalis adalah 0,31 –0,51 m/dtk. Keadaan ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara stasiun yang satu dengan stasiun yang lainnya.
            Besaran nilai kecerahan perairan yang didapatkan dari hasil pengukuran dilapangan berada pada rentang 0,33 – 0,54 m. Variasi tersebut erat kaitannya dengan tingkat kedalaman perairan tersebut.
            Kisaran kedalaman perairan yang menjadi lokasi penelitian berada pada rentang 0 – 25 m. Tingkat kedalaman bergerak naik dari pantai ke arah laut. Perbedaan ke dalaman perairan dapat menggambarkan bentuk topografi dasar perairan. Bentuk dasar perairan mempengaruhi arus, pasang surut dan kecerahan perairan. Kedalaman perairan dapat mempengaruhi penetrasi matahari yang masuk ke perairan, semakin dalam perairan maka daya tembus cahaya matahari
semakin berkurang.
            Dalam pembobotan, kecepatan arus memiliki bobot tertinggi. Hal ini dikarenakan parameter kecepatan arus menjadi faktor yang dominan dalam penentu terhadap pengoperasian alat tangkap dan hasil tangkapan gombang. Usman, Brown dan Rengi (2004) melaporkan bahwa kecepatan arus, baik arus pasang maupun surut mempengaruhi hasil tangkapan gombang, dengan pola hubungan positif dan cukup kuat.
            Parameter kedalaman perairan menempati bobot kedua, pertimbangan ini didasari bahwa dalam pengoperasian alat tangkap gombang faktor kedalaman perairan menjadi pertimbangan nelayan. Syofyan (2005) menyatakan bahwa kedalam perairan memberikan pengaruh yang sangat nyata kepada hasil tangkapan gombang.
   

Dari analisis spasial dan pembobotan pada data atribut didapatlah berupa kawasan perairan terpilih untuk daerah pengoperasian alat tangkap gombang.. Kawasan terpilih dikelompokkan menjadi tiga kelas kesesuaian, yaitu; sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Daerah kelas sesuai memiliki kisaran nilai kecepatan arus 0,29 – 0,32 m/s, kedalaman perairan 6 – 22 m dan nilai kecerahan 0,25 – 0,62 m. Pada peta di Gambar 5 kelas ini ditandai dengan warna biru. Kelas cukup sesuai mencakup sebahagian kecil dari kawasan studi. Daerah ini ditandai dengan warna merah jambu pada peta. Kisaran nilai parameter untuk daerah ini adalah; kecepatan arus 0,32 – 0,38 m/s, kedalaman perairan 4 – 6 m dan nilai kecerahan 0,25 – 0,46 m. Untuk kelas tidak sesuai pada peta daerahnya ditandai
dengan warna kuning. Kisaran nilai parameter untuk daerah ini adalah;    kecepatan arus 0,32 – 0,37 m/s, kedalaman perairan 0 – 4 m dan nilai kecerahan                0,34 – 0,37 m.
            Hasil tangkapan dari alat tangkap gombang yang dioperasikan di perairan Selat Bengkalis ini adalah udang dan beberapa jenis ikan seperti lomek, tenggiri, parang dan malung. Hal ini didukung dari laporan Sari (2002) bahwa udang dan beberapa spesies ikan yang terdapat di Desa Meskom merupakan hasil tangkapan
gombang dan pengerih.

Penutup

            Kawasan yang potensial untuk pengoperasian alat tangkap gombang di perairan Selat Bengkalis dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu; sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Kawasan yang berpotensi dan berada di kelas sesuai memiliki luas 1.460, 381 ha (96,21 % dari total kawasan yang diteliti). Sedangkan
luas kawasan yang cukup sesuai adalah 27,232 ha (1,79%) dan kawasan yang tidak sesuai memiliki luas 30,351 ha (2%).









Daftar Pustaka

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan. IPB. Bogor.
Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung.

Sari, T. E. Y. 2002. Pengembangan Sistem Informasi Perikanan di Perairan Bengkalis, Propinsi Riau. Jurnal Terubuk. 29 (1). Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.

Syofyan, I. 2005. Pengaruh Pengoperasian Gombang Terhadap Komunitas Ikan dan Udang di Selat Bengkalis. Jurnal Terubuk. 34 (2). Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.

Usman, A. Brown dan P. Rengi. 2004. Hubungan Kecepatan Arus dengan Hasil Tangkapan Gombang di Perairan Desa Durai Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun, Propinsi Riau. Jurnal Terubuk. 31 (1). Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.