Makalah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan
APLIKASI
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENENTUAN
DAERAH
PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP GOMBANG DI
PERAIRAN
SELAT BENGKALIS KECAMATAN BENGKALIS
KABUPATEN BENGKALIS PROPINSI
RIAU
OLEH :
Gilang Pradifta S
120302039
SISTEM
INFORMASI SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkatNya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Sistem Informasi Geografis. Makalah ini berjudul “Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Daerah Pengoperasian Alat Tangkap Gombang Di Perairan Selat Bengkalis Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau”. Makalah ini dibuat dalam rangka untuk
mengetahui implementasi pemanfaatan Sistem Informasi Geografis dalam bidan Kelautan
dan Ilmu Kelautan.
Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulham A. Harahap, S. Kel, M. Si dan
Bapak Rusdi Leidonald, S.Pi, M,Si selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi
Geografis dan telah membimbing dalan penulisan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam mengerjakan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan ke depan. Semoga laporan praktikum ini bisa bermanfaat
bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, April 2014
Penulis
Pendahuluan
Dalam upaya mengeksploitasi sumberdaya perairan
telah dilakukan berbagai cara dan metode. Salah satu cara yang digunakan adalah
dengan penerapan metode penangkapan dan penggunaan bermacam jenis alat
penangkapan. Selain itu, modifikasi pada alat tangkap juga telah dilakukan.
Namun usaha yang dilakukan akan kurang optimal jika tidak didukung oleh
ketersediaan informasi tentang daerah penangkapan. Seperti pendapat Gunarso
(1985), bahwa untuk memperoleh hasil tangkapan yang baik dipengaruhi oleh alat
penangkapan yang digunakan seperti konstruksi, bahan, teknik dan keadaan
lingkungan (cahaya, arus, tingkah laku ikan) serta keterampilan nelayan dalam
mengoperasikan alat penangkapan tersebut.
Informasi kesesuaian daerah pengoperasian alat
tangkap akan mempengaruhi operasional, efektifitas dan efisiensi kerja. Hal ini
dapat dilihat dari aspek-aspek yang dijadikan dasar pertimbangan untuk
penentuan kesesuai daerah perairan, yaitu aspek teknis dan aspek oseanografi.
Selain itu pemilihan lokasi yang ideal untuk tempat operasi alat tangkap dapat
mengurangi biaya operasional penangkapan yang akan dikeluarkan, dan pada
akhirnya akan mampu
meningkatkan
pendapatan nelayan.
Salah satu alat penangkapan yang
digunakan oleh nelayan di perairan Selat Bengkalis adalah gombang. Gombang
merupakan alat penangkapan yang menetap (diam) disuatu perairan. Brant (1984)
mengklasifikasikan gombang ke dalam kelompok fishing with net bag fixed
mouth. Sedangkan Subani dan Barus (1988) menggolongkan alat penangkapan
gombang ke dalam fish with filter nets karena prinsipnya adalah
menjaring volume air yang masuk kedalam alat tangkap gombang.
Dalam pemasangan alat tangkap
gombang di perairan sangat dipertimbangkan kecepatan arus, kecerahan dan
kedalaman perairan (faktor penentu). Untuk mencari daerah penangkapan yang
ideal bagi pengoperasian alat tangkap gombang dibutuhkan suatu pengetahuan dan
informasi mengenai faktor penentu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menentukan kesesuaian daerah perairan tersebut dengan memanfaatkan teknologi
Sistem Informasi Geografis.
Sistem Informasi Geografis (SIG)
adalah system yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu
mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik
fenomena yang ditemukan dilokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi
dan teknologi yang diperlukan, yaitu data sapsial, perangkat keras, perangkat
lunak dan struktur organisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah
menentukan kawasan perairan yang potensial untuk daerah pengoperasian alat
tangkap gombang berdasarkan faktor-faktor lingkungan perairan (oseanografi)
berupa parameter kecepatan arus, kedalaman dan kecerahan perairan dengan
menggunakan aplikasi SIG.
Isi
kecepatan
arus dilakukan dengan menggunakan alat current meter. Untuk kedalaman perairan
diukur dengan menggunakan Echosounder Merk Garmin Type 168. Sedangkan kecerahan
perairan diukur dengan menggunakan pinggan secchi. Posisi didapatkan dari GPS
Garmin 76 CSx. Pelaksanaan pengukuran berpedoman pada peta rencana yang telah
dibuat terlebih dahulu berpedoman kepada sebaran alat tangkap gombang
diperairan Selat Bengkalis.
Data yang didapatkan diolah dengan
memanfaatkan program Excel dari Microsoft Office Profesional 2007 dan ArcView
GIS 3.3. dari ESRI dengan Ektensi; Spasial analisis, Kriging, Interpolasi,
Santitool dan geoprocessing. Diagram alir pengolahan data disajikan pada Gambar
1. Penentuan kawasan potensial untuk daerah pengoperasian alat tangkap gombang
dengan memanfaatkan aplikasi SIG berupa penggunaan teknik tumpang tindih (overlay)
dengan metode “indeks overlay model”.
Jenis
arus yang terdapat di Selat Bengkalis adalah jenis arus pasang surut karena
dipengaruhi oleh perubahan permukaan air laut akibat pasang surut. Kisaran
kecepatan arus perairan Selat Bengkalis adalah 0,31 –0,51 m/dtk. Keadaan ini menunjukkan
bahwa adanya perbedaan antara stasiun yang satu dengan stasiun yang lainnya.
Besaran nilai kecerahan perairan
yang didapatkan dari hasil pengukuran dilapangan berada pada rentang 0,33 –
0,54 m. Variasi tersebut erat kaitannya dengan tingkat kedalaman perairan
tersebut.
Kisaran kedalaman perairan yang
menjadi lokasi penelitian berada pada rentang 0 – 25 m. Tingkat kedalaman
bergerak naik dari pantai ke arah laut. Perbedaan ke dalaman perairan dapat
menggambarkan bentuk topografi dasar perairan. Bentuk dasar perairan
mempengaruhi arus, pasang surut dan kecerahan perairan. Kedalaman perairan
dapat mempengaruhi penetrasi matahari yang masuk ke perairan, semakin dalam
perairan maka daya tembus cahaya matahari
semakin
berkurang.
Dalam pembobotan, kecepatan arus
memiliki bobot tertinggi. Hal ini dikarenakan parameter kecepatan arus menjadi
faktor yang dominan dalam penentu terhadap pengoperasian alat tangkap dan hasil
tangkapan gombang. Usman, Brown dan Rengi (2004) melaporkan bahwa kecepatan
arus, baik arus pasang maupun surut mempengaruhi hasil tangkapan gombang,
dengan pola hubungan positif dan cukup kuat.
Parameter kedalaman perairan
menempati bobot kedua, pertimbangan ini didasari bahwa dalam pengoperasian alat
tangkap gombang faktor kedalaman perairan menjadi pertimbangan nelayan. Syofyan
(2005) menyatakan bahwa kedalam perairan memberikan pengaruh yang sangat nyata
kepada hasil tangkapan gombang.
Dari
analisis spasial dan pembobotan pada data atribut didapatlah berupa kawasan
perairan terpilih untuk daerah pengoperasian alat tangkap gombang.. Kawasan
terpilih dikelompokkan menjadi tiga kelas kesesuaian, yaitu; sesuai, cukup
sesuai dan tidak sesuai. Daerah kelas sesuai memiliki kisaran nilai kecepatan
arus 0,29 – 0,32 m/s, kedalaman perairan 6 – 22 m dan nilai kecerahan 0,25 –
0,62 m. Pada peta di Gambar 5 kelas ini ditandai dengan warna biru. Kelas cukup
sesuai mencakup sebahagian kecil dari kawasan studi. Daerah ini ditandai dengan
warna merah jambu pada peta. Kisaran nilai parameter untuk daerah ini adalah;
kecepatan arus 0,32 – 0,38 m/s, kedalaman perairan 4 – 6 m dan nilai kecerahan
0,25 – 0,46 m. Untuk kelas tidak sesuai pada peta daerahnya ditandai
dengan
warna kuning. Kisaran nilai parameter untuk daerah ini adalah; kecepatan arus 0,32 – 0,37 m/s, kedalaman
perairan 0 – 4 m dan nilai kecerahan 0,34 – 0,37 m.
Hasil tangkapan dari alat tangkap
gombang yang dioperasikan di perairan Selat Bengkalis ini adalah udang dan
beberapa jenis ikan seperti lomek, tenggiri, parang dan malung. Hal ini
didukung dari laporan Sari (2002) bahwa udang dan beberapa spesies ikan yang
terdapat di Desa Meskom merupakan hasil tangkapan
gombang dan pengerih.
Penutup
Kawasan yang potensial untuk
pengoperasian alat tangkap gombang di perairan Selat Bengkalis dikelompokkan
menjadi tiga kelas, yaitu; sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Kawasan yang
berpotensi dan berada di kelas sesuai memiliki luas 1.460, 381 ha (96,21 % dari
total kawasan yang diteliti). Sedangkan
luas
kawasan yang cukup sesuai adalah 27,232 ha (1,79%) dan kawasan yang tidak
sesuai memiliki luas 30,351 ha (2%).
Daftar Pustaka
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan
Alat, Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas
Perikanan. IPB. Bogor.
Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi
Geografis. Informatika. Bandung.
Sari, T. E. Y. 2002. Pengembangan Sistem Informasi Perikanan
di Perairan Bengkalis, Propinsi Riau. Jurnal Terubuk. 29 (1). Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Syofyan, I. 2005. Pengaruh Pengoperasian Gombang Terhadap
Komunitas Ikan dan Udang di Selat Bengkalis. Jurnal Terubuk.
34 (2). Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru.
Usman, A. Brown dan P. Rengi. 2004. Hubungan Kecepatan Arus
dengan Hasil Tangkapan Gombang di Perairan Desa Durai Kecamatan Moro, Kabupaten
Karimun, Propinsi Riau. Jurnal
Terubuk. 31 (1). Himpunan Alumni Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.